Kementerian PUPR Pamerkan 8 Buku Koleksi Zaman Belanda di IIBF 2018
Sabtu, 15 September 2018 17:20 WIB
INFO BISNIS - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ikut berpartisipasi dalam Indonesia International Book Fair (IIBF) 2018 yang mengusung tema “Creative Work Towards the Culture of Literacy”. Terdapat 8 buku koleksi zaman Belanda milik Perpustakaan Kementerian PUPR dan 2 buku karya Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang dipamerkan di booth yang berada di Ruang Cendrawasih, Jakarta Convention Center (JCC) selama tanggal 12-19 September 2018.
Booth Kementerian PUPR mengusung tema rumah Betawi, dengan foto-foto pembangunan infrastruktur dari masa ke masa.
Keikutsertaan Kementerian PUPR dalam pameran ini, selain laporan kepada publik tentang capaian Kementerian PUPR juga mendukung peningkatan minat baca masyarakat dengan memperkenalkan keberadaan perpustakaan Kementerian PUPR yang dibuka untuk umum. Perpustakaan Kementerian PUPR berlokasi di lantai 3, Gedung Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR.
Dua buku karya Menteri Basuki juga bisa dilihat pengunjung. Buku pertama berjudul "Membangun Infrastruktur dari Pinggiran" terbitan tahun 2016 memuat tentang pembangunan Indonesia dari pinggiran dengan membangun infrastruktur yang berkeadilan, sehingga mengurangi kesenjangan antar wilayah sebagai salah satu butir Nawa Cita Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla.
Buku kedua yakni berjudul "Mengejar Ketertinggalan Infrastruktur" terbitan tahun 2018 yang berisi pencapaian pembangunan infrastruktur yang bukan hanya pembangunan fisik untuk pengembangan wilayah, tetapi juga kegiatan pembangunan yang efektif untuk meningkatkan daya saing produk nasional, sehingga mendukung penciptaan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan.
Sementara itu delapan buku kuno yang dipamerkan, telah menjadi koleksi perpustakaan semenjak Kementerian PUPR masih bernama Department of Transportation, Public Works, and Water Management pada masa penjajahan Belanda.
Buku-buku yang dipamerkan itu bercerita tentang referensi teknik, laporan pembangunan infrastruktur Indonesia masa itu, seperti industri mesin uap di Surabaya, kereta api di Semarang, pasokan air minum di Batavia, dan curah hujan di Jawa. (*)