Pilih Ketua Umum Baru, HIPMI Gelar Rangkaian Kuliah Umum dan Debat
Rabu, 14 Agustus 2019 19:57 WIB
INFO BISNIS — Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) saat ini tengah melakukan seleksi untuk memilih Ketua Umum BPP (Badan Pengurus Pusat) Hipmi masa bakti 2019-2022.
Dari Hasil verifikasi tanggal 25 Mei 2019 lalu, Tim Steering Committee (SC) Hipmi telah menetapkan empat orang yang memenuhi syarat untuk menjadi calon Ketua Umum BPP Hipmi, yaitu Bagas Adhadirgha (Ketua Bidang Luar Negeri dan Pariwisata BPP Hipmi), Ajib Hamdani (Wakil Bendahara Umum BPP Hipmi), Akbar Buchari (Mantan Ketum BPD Hipmi Sumut yang kini menjadi pengurus BPP Hipmi), dan Mardani H Maming (Wakil Bendahara Umum BPP Hipmi dan mantan Bupati Tanah Bumbu).
Untuk memperoleh kursi nomor satu di Hipmi yang akan diumumkan di puncak Munas Hipmi XVI tanggal 15 September 2019 mendatang, keempat calon tersebut akan diseleksi secara ketat dan diwajibkan untuk mengikuti serangkaian kegiatan antara lain kuliah umum dan debat terbuka untuk menjabarkan visi misi, ide-ide, gagasan, dan konsep-konsep dalam membangun Hipmi selama tiga tahun ke depan. Adapun jumlah kegiatan yang harus dijalankan hingga Munas adalah 8 Kuliah Umum di 8 provinsi dan 3 Debat Terbuka I, yakni tanggal 20 Juli lalu di Batam, Kepri, Debat II tanggal 21 Agustus 2019 di Bali, dan Debat III pada 7 September 2019 di Jakarta.
Menurut Ketua Pengarah Munas XVI Hipmi Anggawira, dalam rangkaian kegiatan yang telah dijalani keempat bakal calon Ketua Umum BPP Hipmi tersebut, ia akui semuanya memiliki konsep dan gagasan yang sangat baik untuk memajukan organisasi profesi pengusaha muda ini menjadi profesional, solid, dan mampu menjadi organisasi yang relevan menjawab tantangan perubahan jaman serta memenuhi ekspektasi baik dari anggota dan stakeholder.
"Namun, kursi pimpinan hanya satu dan siapa pun nanti yang akan terpilih harapannya dapat membawa Hipmi menjadi lebih baik lagi serta meneruskan estafet kepemimpinan dan keberhasilan program-program sebelumnya sehingga bermanfaat bukan hanya untuk kader dan pengurus melainkan masyarakat luas,” kata Anggawira.
Hipmi didirikan pada tanggal 10 Juni 1972. Pendirian organisasi ini dilandasi semangat untuk menumbuhkan wirausaha di kalangan pemuda karena pada saat itu tidak banyak kaum muda yang bercita–cita menjadi pengusaha. Para pendiri yang rata-rata merupakan pengusaha pemula yang terdiri dari Drs. Abdul Latief, Ir. Siswono Yudo Husodo, Teuku Sjahrul, Datuk Hakim Thantawi, Badar Tando, Irawan Djajaatmadja, SH , Hari Sjamsudin Mangaan, Pontjo Sutowo, dan Ir. Mahdi Diah.
Sejak awal didirikannya Hipmi terus berusaha menjawab tantangan perubahan, artinya organisasi harus compatible terhadap situasi pada masanya. Pergantian situasi pemerintahan juga menuntut Hipmi beradaptasi dengan situasi kepemimpinan nasional. Tentu setiap masa ada pemimpinnya dan setiap pemimpin ada masanya, namun sebagai organisasi yang baik, Hipmi wajib untuk menjadi organisasi yang relevan menjawab tantangan perubahan zaman.
Menurut Ketua Umum Hipmi, Bahlil Lahadalia, yang akan segera meletakkan jabatannya di tahun ini, Hipmi telah melahirkan banyak pemimpin diberbagai bidang bukan hanya di dunia usaha, kepemimpinan di level daerah hingga nasional eksekutif dan legislatif saat ini telah banyak diisi oleh kader-kader Hipmi, namun yang lebih penting adalah bagaimana mempersiapkan Hipmi ke depan untuk terus berkontribusi menciptakan pertumbuhan Ekonomi yang berkeadilan sesuai pasal 33 UUD 1945, menjadi “Tuan Rumah di Negeri Sendiri” dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain di dunia.
Diakui oleh berbagai kalangan, ditangan Bahlil, Hipmi memiliki peran yang lebih dalam mendorong semangat wirausaha kaum muda Indonesia dan menjadi partner strategis bagi pemerintah Jokowi dalam bidang ekonomi. Saat menghadiri Buka Puasa Bersama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) bulan Mei 2019 lalu, Jokowi menilai Bahlil Lahadalia adalah pemuda yang cerdas sehingga pantas jika menjadi menteri. (*)