Simulasi 9 Kode Kegawatdaruratan, RS Premier Bintaro Tanggap Gawat Darurat.
Rabu, 2 November 2022 09:20 WIB
MEMO BISNIS -- RS Premier Bintaro (RSPB) secara berkalamelakukan simulasi kegawatdaruratan untuk menguji kesiapanpara petugas rumah sakit jika terjadi suatu kondisi atau kejadianluar biasa. Kali ini RSPB melakukan simulasi bersertifikasisecara besar dengan mengaktifkan 9 kode kegawatdaruratansecara bersamaan.
Simulasi ini melibatkan lebih dari 120 orangkaryawan RSPB dengan 30 probandus (orang yang berpura-purasebagai pasien) dari luka ringan, berat hingga meninggal dunia. Beberapa instansi yang terlibat antara lain, Gegana Korbrimobdan Pemadam Kebakaran Tangerang Selatan.
Adapun 9 Kode kegawatdaruratan yang diaktifkan adalah kode tanggap kejadianluar biasa, tenaga bantuan internal (staff, dokter, perawat dan asset), ancaman bom, ancaman api, ancaman terhadap internal (staff, dokter, perawat dan asset), tanggap henti jantung, bencanainternal, evakuasi, dan kode situasi berhasil ditangani.
Kronologis dari simulasi ini dimulai dari adanya kecelakaanmassal dengan puluhan korban yang dirujuk ke RSPB. Disaatbersamaan terjadi pula ancaman dua buah bom dimana salah satunya meledak dan memakan korban serta mengakibatkankebakaran dan pemadaman listrik dimana rumah sakit harusmelakukan evakuasi pasien yang terkonfirmasi positif covid-19.
Tujuan dari simulasi ini adalah untuk melatih staff rumah sakitbaik medis maupun nonmedis agar secara bersama memahamiperan dari masing-masing pada situasi gawat darurat. Peran yang diuji antara lain kemampuan dalam mengidentifikasikegawatdaruratan, menyampaikan informasi kegawatdaruratan, melaksanakan prinsip kegawatdaruratan sesuai dengan prosedurtanggap darurat dan juga kemampuan menggunakan asset dalampenanganan kegawatdaruratan.
Menurut dr. Martha M.L. Siahaan, MARS, MH.Kes, CEO RSPB “Kami secara berkala menguji kesiapan para tenaga rumah sakit kami. Semua petugas di RSPB telah dilatih, namun kami perlumemastikan bahwa mereka semua siap dan tanggap dalammemberikan respon pada informasi kegawatdaruratan dengan seragam, tanpa menyebabkan kepanikan yang tidak perlu sehingga mereka secara sadar bisa melakukan tindakan pengendalian terhadap bahaya yang terjadi.”
“Kami belajar dari tragedi Kanjuruhan dan sangat berempatiserta berbelasungkawa kepada seluruh korban dari kejadiantersebut. kami tentu tidak berharap hal itu terjadi disekitar kami, namun dari itu kami selaku fasilitas kesehatan berkaca diri dan belajar bagaimana agar selalu tanggap dan berperan semaksimalmungkin jika hal seperti itu terjadi. Simulasi ini juga kami lakukan agar kami selalu dapat melindungi dan menjaminkeselamatan setiap orang yang berada dalam lingkungan RSPB,” jelas dr. Martha.
Dr. Martha menambahkan, “dengan pelatihan tanggap daruratsecara berkala bukan hanya melatih setiap pekerja di RSPB tetapi juga membentuk ketangguhan mental dan melatih caraberpikir karyawan ketika menghadapi situasi yang darurat.”(*)