Sinar Mas Jalankan Perkebunan Sawit Berkelanjutan
Jumat, 4 Desember 2020 10:45 WIB
INFO BISNIS -- Populasi global yang diperkirakan mencapai 9,8 miliar pada 2050 berpotensi meningkatkan kebutuhan minyak nabati hingga 200 juta ton setiap tahun untuk kebutuhan pangan, energi dan juga barang kebutuhan sehari-hari.
“Minyak kelapa sawit menjadi solusi jangka panjang karena produktivitasnya yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, Dengan lahan yang lebih sedikit, mampu menghasilkan minyak nabati yang lebih banyak,” ujar*Franky Oesman Widjaja, Chairman Sinar Mas Agribusiness & Food, saat memberikan sambutan pada Indonesian Palm Oil Conference 2020 New Normal: Palm Oil Industry in the New Normal Economy.
Franky mengatakan pengembangannya melalui skema Inclusive Closed Loop selain meningkatkan produksi secara berkelanjutan, juga meningkatkan kesejahteraan para petani, dan mengurangi pelepasan emisi.
Skema ini telah dijalankan oleh perusahaan/lembaga yang tergabung di dalam Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture (PISAgro) dan telah menjangkau 1 juta petani di awal 2000. Hasilnya, produktivitas mereka meningkat antara 40- 76 persen, sementara pendapatan bertambah antara 50-200 persen, bergantung jenis komoditasnya.
Franky mengatakan, petani kecil yang mengelola hingga 41 persen dari total 16,38 juta hektar perkebunan kelapa sawit, paling rentan dalam rantai nilai. Produktivitasnya rendah, rata-rata 2-3 ton per hektar per tahun, jauh tertinggal dibanding standar industri yang memproduksi 5-6 ton per hektar per tahun.
Pemerintah Indonesia telah mempromosikan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) untuk mengganti tanaman sawit yang tidak produktif dengan skema inclusive closed loop. “Dengan model kemitraan ini, petani kecil mendapatkan bimbingan praktek budidaya pertanian, benih unggul bersertifikat, teknologi tepat guna, literasi keuangan, akses pendanaan berikut jaminan penyerapan hasil produksi oleh perusahaan pendamping,” ujarnya.()