Strategi Mempertahankan Bisnis di Tengah Pandemi Covid-19
Kamis, 30 April 2020 18:25 WIB
INFO BISNIS — Pandemi virus Covid-19 tidak hanya mengancam sektor kesehatan, namun juga mengancam krisis ekonomi global. Berdasarkan data dari World Economic Outlook April 2020, IMF memprediksikan perekonomian dunia akan merosot hingga ke minus tiga persen sampai dengan tahun ini. Namun bila pandemi ini berakhir pada paruh kedua tahun 2020 dan aktivitas ekonomi kembali normal, maka ekonomi Indonesia diprediksi bisa tumbuh hingga 8,2 persen, sementara perekonomian dunia akan tumbuh hingga 5,8 persen.
Lalu bagaimana dampaknya pada sektor bisnis dan industri? Ternyata tidak semua bisnis mengalami pertumbuhan negatif, ada pula yang mendapatkan pertumbuhan positif, berdasarkan data yang dilansir oleh lembaga survei Kantar Worldpanel Indonesia, 14 April 2020 lalu. Indonesia bisa belajar dari negara Tiongkok, di mana perubahan perilaku konsumen memaksa beberapa sektor bisnis untuk beradaptasi. Inilah yang dibahas dalam acara webinar yang diadakan oleh Innity Media pada 29 April 2020, dengan tema “How Brand Voice Should Not Practice Social Distancing During Covid-19”, bagaimana pelaku bisnis harus merespon situasi di tengah pandemi.
Mengundang Pandit Sumawinata, praktisi di bidang usaha kreatif dan akademisi di Universitas Bakrie, Innity Media mengajak para pelaku bisnis untuk berbagi tips menjalankan usaha meskipun di tengah krisis.
Beberapa tips yang bisa membuat bisnis anda bertahan di tengah situasi pandemi virus corona in, di antaranya:
1. Beralih ke iklan digital.
Nielsen Indonesia mencatat sebanyak 80 persen konsumen mencari berita atau informasi tentang Covid-19 melalui sosial media, dan sebanyak 60 persen melalui mesin pencari. Pandit mengatakan beriklan di media digital, low budget namun high impact, mengoptimalkan keterbatasan budget yang dimiliki oleh bisnis anda dengan menggunakan strategi pemasaran yang tepat sasaran. Misanya dengan menggunakan influencer nano, yaitu seseorang yang memiliki followers atau pengikut yang banyak di media sosial, namun tidak sampai 10 ribu followers, biayanya lebih murah namun efektif karena faktor kedekatan dengan pengikutnya.
2. Change the strategy, not the budget.
Jangan pernah berhenti beriklan meskipun di dalam situasi krisis, namun ubah strateginya dari hard selling menjadi soft selling dengan menggunakan konsep story telling yang menyentuh sisi emosional konsumen, seperti mengangkat isu-isu sosial yang bisa memberikan efek positif.
3. Don't think outside the box. Think like there is no box.
Buatlah strategi pemasaran yang kreatif. Memang tidak mengarahkan kepada proses pembelian secara langsung, namun iklan yang diingat oleh konsumen pada masa krisis akan membuat bisnis tetap kuat dan lebih cepat pulih, bahkan setelah krisis ini berakhir. (*)