Menlu Retno: BSBI Jembatan untuk Menghubungkan Dunia
Senin, 21 Mei 2018 17:29 WIB
INFO BISNIS - Tidak terasa sudah hampir genap dua bulan, 72 penerima beasiswa seni dan budaya Indonesia (BSBI) menikmati serunya petualangan hidup di Indonesia. Bagaimana tidak, program BSBI yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri sejak 2003 ini, selalu menjadi ajang yang diserbu ratusan pemuda dari berbagai belahan dunia. Tahun ini, 72 peserta dari 44 negara terpilih mengikuti program BSBI yang berlangsung sejak 28 Maret-4 Juli 2018.
“Berdiplomasi pada prinsipnya semakin banyak teman akan semakin baik. Memiliki teman yang banyak itu perlu satu investasi jangka panjang. Meski teman-teman yang kami coba lahirkan ini generasi muda dan belum terlibat langsung dalam pengambilan keputusan politik luar negeri di negara masing-masing, tapi ini adalah investasi human capital, investasi sumber daya manusia,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat ditemui di ruang kerjanya, pekan lalu.
Program BSBI, kata Retno, selain sebagai soft power diplomacy atau diplomasi yang menggunakan pendekatan seni dan budaya, bertujuan membangun sebanyak-ba-nyaknya jembatan untuk menghubungkan Indonesia dengan negara-negara lain.
Program yang telah berlangsung 16 tahun serta memiliki 848 alumni dari 74 negara ini terbukti memberikan dampak signifikan karena mampu mempromosikan Indonesia melalui jaringan atau networking yang dibangun para alumninya.
Program beasiswa ini diselenggarakan setiap tahunnya pada periode Maret-Juli dan mengambil lokasi (penempatan) di sejumlah sanggar di Yogyakarta, Banyuwangi, Padang, Kutai Kartanegara, Makasar dan Bali.
kegiatan ini bisa diikuti pemuda atau pemudi berusia 21-27 tahun yang diseleksi melalui tes oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di negara masing-masing calon peserta. Tahun ini, ada lima negara baru sebagai peserta, yaitu Benin, Ghana, Bosnia Herzegovina, Yordania dan Bangladesh.
Kehadiran peserta dari Afrika tentunya bukan suatu kebetulan. “Indonesia dan negara-negara di Afrika sudah membangun kedekatan ekonomi yang didasarkan kedekatan politik yang solid sejak Konferensi Asia-Afrika pada 1955 silam. Maka kedekatan ini perlu terus kita suarakan pada anak-anak muda Indonesia dan Afrika melalui seni dan budaya untuk merekatkan kembali generasi ke generasi layaknya tongkat estafet,” katanya.
Melalui tema BSBI 2018 “The Colours of Beautiful Indonesia”, diharapkan akan banyak hal yang bisa dipelajari dari nilai-nilai keberagaman yang dimiliki Indonesia. Kata keberagaman, ucap Retno, sebuah kata yang mudah diucapkan, tapi sulit untuk dilaksanakan. “Keberagaman tak akan survive kalau tidak ada toleransi,” ujarnya.
Melalui pengalaman mengikuti program BSBI ini, para peserta diharapkan bisa belajar serta melihat langsung bagaimana keberagaman Indonesia itu menjadi sebuah nilai yang harus dipertahankan di tengah masyarakat dengan cara mempertebal nilai-nilai toleransi.
Dalam rentang waktu 16 tahun, dengan lulusan yang jumlahnya hampir 1.000 orang, program BSBI ini selalu menjadi ajang yang dirindukan. Tak heran jika banyak peserta yang berniat ikut untuk kedua kalinya, tapi tak diperbolehkan.
“Karena, kami ingin melebarkan networking mereka sebagai teman Indonesia. Seribu jembatan tidak cukup untuk menghubungkan dunia. Kita perlu jutaan jembatan dan anak-anak inilah yang akan menjadi jembatan kita,” tutur Menteri Retno. (*)