Kelahiran Bayi Anoa, Bukti Nyata Keberhasilan Konservasi Satwa Liar Di Indonesia
Senin, 20 November 2017 21:24 WIB
INFO BISNIS-- Upaya konservasi satwa liar yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) kembali memperoleh hasil menggembirakan. Hal ini ditandai dengan kelahiran anak anoa (Buballus sp.) yang kedua secara normal, tanpa bantuan medis.
Seperti diberitakan sebelumnya, pada Rabu, 8 November 2017 pukul 21.38 WITA di Anoa Breeding Centre (ABC) BP2LHK Manado, Anoa Ana melahirkan bayi betina dengan berat sekitar 3,5 kg, panjang 60 cm, dan tinggi 50 cm. Kejadian ini merupakan hal yang langka, proses kelahiran sendiri berlangsung normal dan alami tanpa bantuan medis.
Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manado, Dodi Garnadi mengatakan, ini adalah kelahiran kedua anoa di ABC BP2LHK Manado. “Kalau kelahiran Anoa pada 7 Februari lalu dengan bantuan tenaga medis karena posisi anak Anoa yang sungsang, maka untuk kali ini kelahiran berlangsung secara alami tanpa bantuan medis,” ujar Dodi dalam konferensi pers yang dihadiri awak media baik lokal maupun nasional.
Lebih lanjut Dodi menambahkan, bahwa kelahiran alami kali ini tidak lepas dari kerja keras para peneliti di ABC BP2LHK Manado yang telah mengamati perilaku Anoa dari kelahiran sebelumnya.
“Aktivitas fisik yang cukup selama kebuntingan karena Anoa Ana dipindahkan ke kandang yang lebih luas pada usia kebuntingan 8 bulan (Agustus), dimana luasan kandang ini cukup memadai untuk persiapan proses kelahiran. Serta manajemen pakan yang baik juga berpengaruh terhadap kelahiran alami Anoa kali ini, yakni komposisi pakan adalah 10 persen dari berat badan dengan jenis pakan yang diberikan adalah rumput, daun, dan buah-buahan, dimana kacang dan buah-buahan komposisinya lebih banyak,” kata Dodi.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Ditjen KSDAE KLHK Bambang Dahono Adji, yang juga ikut memberikan keterangan pers mengatakan, sangat bersyukur atas kelahiran Anoa untuk kali kedua apalagi secara alami tanpa bantuan medis, mengingat Anoa susah di breeding di alam.
“Saya sangat mengapresiasi keberhasilan Tim ABC BP2LHK Manado atas kelahiran kedua ini, karena Anoa susah di-breeding di alam, dan kita juga patut berbangga karena ini adalah hasil riset teman-teman peneliti seperti mengamati perilaku dari awal dikawinkan. Hingga tim dari ABC ini melakukan persiapan dengan matang sampai kelahiran ini berhasil secara alami,” ucap Bambang.
Bambang juga berharap bahwa riset ini bisa dikembangkan di lembaga konservasi lain seperti sanctuary dan studbook atau daftar silsilah dari Anoa ini bisa terdokumentasi dengan baik. Studbook atau daftar silsilah ini sangat penting karena menyangkut kemurnian genetik dari Anoa ini sendiri. Riset ini diharapkan bisa dikembangkan di lembaga konservasi lain, jangan sampai nasib Anoa seperti Harimau Jawa, Harimau Bali yang saat ini sudah punah. ”Anoa sekarang bukan hanya milik Sulawesi atau Indonesia, tapi Anoa sudah menjadi milik dunia,” kata Bambang.
Seperti diketahui Anoa (Buballus sp.) menjadi salah satu pengisi keanekaragaman hayati di kawasan Wallacea yang perlu diperjuangkan kelestariannya. Anoa adalah hewan endemik Sulawesi yang saat ini termasuk dalam kategori genting dan dilindungi oleh Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Anoa juga digolongkan sebagai satwa terancam punah dalam IUCN Red List of Threatened Animal dan masuk ke dalam Appendix I CITES. Kelahiran anoa ini tentu saja membawa angin segar dan harapan baru bagi konservasi mengingat populasi Anoa yang terus menurun.
Selain dihadiri Direktur KKH Bambang Dahono Adji, Konferensi Pers ini juga dihadiri Kepala BKSDA Sulawesi Utara, Agustinus Rantelembang, Kepala Balai Taman Nasional (BTN) Bogani Nani Wartabone, Lukita Awang Nistyantara, Kepala BTN Bunaken, Farianna Prabandari, serta mitra kerjasama BP2LHK Manado.
INFORIAL