Puncak Hari Badak Sedunia Digelar di Ujung Kulon
Senin, 18 September 2017 17:30 WIB
INFO BISNIS - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan menggelar puncak peringatan Hari Badak Sedunia pada 22 September 2017 di Taman Nasional (TN) Ujung Kulon, Provinsi Banten. Kawasan ini menjadi salah satu lokasi warisan dunia yang memiliki satu-satunya jenis Badak Jawa.
Keunikan badak ini adalah karena memiliki cula satu. Dari lima spesies badak yang ada di dunia, hanya Badak Jawa dan Badak India yang memiliki cula satu. Keberadaan cula ini menjadi keunikan sekaligus ancaman bagi kelestarian Badak Jawa ini. Badak cula satu ini dipercaya memiliki khasiat sebagai obat tradisional yang mujarab untuk berbagai penyakit, serta sebagai dekorasi yang bernilai sangat tinggi. Itu yang membuat begitu berharganya sebuah cula Badak Jawa ini.
Karenanya, tema yang dibawa pada puncak Hari Badak Sedunia 22 September 2017 mendatang adalah Di Ujung Cula Badak Jawa. Langkanya keberadaan satwa Badak Jawa, membuat International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dalam daftar Red List Data Book mengkategorikannya sebagai critically endangered. Selain itu, Badak Jawa juga terdaftar dalam Apendiks I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), sebagai jenis yang jumlahnya sangat sedikit di alam dan dikhawatirkan akan punah, serta ditetapkan sebagai jenis satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar.
Dalam rangka menjaga kelestarian satwa Badak Jawa, Balai Taman Nasional Ujung Kulon membentuk tiga tim khusus yaitu Rhino Monitoring Unit (RMU), Rhino Protection Unit (RPU), dan Resource Based Management (RBM). “Ketiga tim ini memiliki fokus-fokus khusus. RMU fokus kepada monitoring populasi dan kondisi badak, RPU fokus kepada upaya perlindungan dan pengamanan badak dari gangguan, serta RBM menjalankan pengamanan berbasis wilayah dan lintas wilayah,” ujar Kepala Balai TN Ujung Kulon U. Mamat Rahmat.
Menurut Mamat, tim RMU dan RPU dipimpin oleh para pegawai fungsional Taman Nasional Ujung Kulon dan beranggotakan masyarakat. “Hal ini merupakan bentuk kolaboratif bersama masyarakat dan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat sekitar,” ucapnya.
Mamat menuturkan sifat Badak Jawa yang cenderung soliter, merupakan salah satu kendala dalam kegiatan inventarisasi dan monitoring, sehingga dalam habitatnya sendiri, satwa ini sulit dijumpai secara langsung. Dia mengatakan sejak 1967 - 2008, metode monitoring populasi Badak Jawa sangat sederhana, yaitu dengan jejak kaki badak dan beberapa jenis temuan lainnya seperti kotoran, urine, bekas tumbuhan yang dimakan, dan bekas gesekan pada batang pohon. “Tapi saat ini, monitoring sudah dapat dilakukan dengan teknik video trap. Sejak tahun 2011 dan 2012, sebanyak 40 kamera video otomatis dengan sensor gerak telah dipasang pada lokasi-lokasi yang sering dikunjungi Badak Jawa. Hingga tahun 2017, monitoring telah menggunakan kurang lebih 100 kamera video trap,” tuturnya.
Berdasarkan hasil identifikasi 2012, ditemukan minimal 51 individu Badak Jawa (29 jantan dan 22 betina), kemudian 58 individu (33 jantan dan 25 betina) di 2013. Selanjutnya di 2014, diketahui jumlah minimal 57 individu, dan di 2015 jumlah Badak Jawa minimal 63 individu. “Untuk jumlah terakhir perkiraan populasi Badak Jawa sampai saat ini, nanti akan kami sampaikan di tanggal 22 September mendatang saat perayaan Hari Badak Sedunia,” kata Mamat. (*)