Reaktor TRIGA 2000 Siap Beroperasi Kembali
Kamis, 26 November 2015 16:50 WIB
INFO BISNIS - Reaktor riset pertama Indonesia TRIGA 2000 akan kembali beroperasi pada akhir November 2015 di Bandung. Hal ini bukan karena sekadar upaya mempertahankan kebanggaan milik Indonesia, tetapi reaktor yang telah beroperasi sejak tahun 1965 itu memang masih dibutuhkan publik.
Kepala Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Efrizon Umar menjelaskan, secara rata-rata usia reaktor riset berkisar antara 60 hingga 80 tahun. Sementara, Reaktor TRIGA 2000 baru genap berusia setengah abad pada 20 Februari 2015.
Sesuai kemampuannya, reaktor ini akan memproduksi radioisotop dan radiofarmaka untuk rumah sakit dan pihak swasta di Pulau Jawa. Saat ini terjadi kelangkaan radioisotop di Indonesia.
Selain membantu kebutuhan dunia medis, kajian perencanaan strategis (strategic plan) PSTNT mengatakan keberadaan Reaktor TRIGA 2000 ini masih dibutuhkan sekitar 25 pemangku kepentingan dari pihak swasta maupun pemerintah. Saat ini pemanfaatan analisis aktivasi neutron yang dikembangkan PSTNT juga digunakan untuk meneliti kualitas udara di seluruh Indonesia. Penelitian ini tengah berlangsung di sembilan kota di luar Pulau Jawa.
PSTNT juga akan menggandeng sejumlah perguruan tinggi untuk memanfaatkan fasilitas reaktor bagi praktikum tertentu. "Jadi mereka tidak perlu lagi membuat laboratorium untuk praktikum. Tapi bisa di sini dan dapat juga digunakan untuk riset S2 dan S3," kata Efrizon.
Saat ini, perpanjangan izin operasi reaktor sedang disiapkan dan akan diajukan ke Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Jika tidak ada aral melintang, Efrizon mengatakan, Reaktor TRIGA 2000 aman beroperasi hingga 2026 karena batang kendalinya sudah diganti di Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Serpong. Modifikasinya pun telah mendapat persetujuan dari Bapeten.
Reaktor TRIGA 2000 dihentikan penggunaannya pada Desember 2011 silam. Penyebabnya, batang kendali yang dilengkapi elemen bakar (fuel follower control rod – FCCR) telah mencapai fraksi bakar (burnup) di atas 50 persen dan perlu diganti. Proses penggantiannya menghabiskan waktu, karena perusahaan penyuplai tidak lagi memproduksi jenis batang yang dibutuhkan. Karena itu, BATAN mendesain dan memproduksi sendiri batang kendali yang baru di Serpong.
Direncanakan, pada tahun 2015 hingga 2019, BATAN akan mendesain dan memproduksi teras reaktor yang baru. Jika ini terealisasi, berarti Indonesia berhasil membangun reaktor riset sejenis. "Selain itu, kita bandingkan juga dengan pengalaman negara-negara lain yang menghentikan operasi reaktor risetnya. Ternyata untuk decommissioning itu tidak murah. Reaktor di Buffalo, Amerika Serikat misalnya, decommissioning-nya menghabiskan sekitar 14,4 juta dolar AS," terang Efrizon.
Untuk decommissioning plan, sejumlah opsi mengemuka. Selain diratakan dengan tanah, Reaktor TRIGA 2000 juga bisa dijadikan sebagai museum pendidikan yang terus diawasi tingkat radiasinya, kemudian teras reaktor akan dipindahkan dan dibuat replika untuk menggantinya.
INFORIAL