Sudah Amankah Air yang Kita Minum?
Senin, 8 November 2010 00:17 WIB
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam situsnya pada Agustus 2009 mengatakan kondisi cekungan air tanah yang merupakan kantong penyuplai kebutuhan air di wilayah Jakarta sudah mengalami kerusakan akibat eksploitasi besar-besaran yang mencapai dua kali lipat dari yang seharusnya.
Sementara itu, pada tahun yang sama, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) mencatat 94 persen air tanah di Ibukota sudah tidak lagi memenuhi standar baku mutu karena sudah tercemar. Dan pencemar utamanya adalah bakteri escherichiacoli yang berasal dari septic tank.
Data yang hampir sama ditunjukkan hasil survei PT Unilever Indonesia Tbk pada Juli 2010. Dari 300 sampel air tanah yang diambil dari daerah Jabodetabek dan Bandung, 48 persennya ternyata sudah tercemar bakteri coliform atau bakteri tinja yang jenisnya sangat beragam.
Selain itu mereka juga menemukan 50persen sampel air ini memiliki PH atau tingkat keasaman rendah atau dibawah standar. Itu artinya air tanah ini memiliki kadar asam yang tinggi. Air yang memiliki kadar asam yang tinggi biasanya bersifat korosif. Ini mungkin saja terjadi karena banyak wilayah Jakarta yang dibangun di atas bekas tanah rawa yang memiliki unsur hara tinggi. Selain itu banyak juga perumahan yang dibangun di atas tanah bekas pertanian dan ladang yang notabene sudah sering diberi pupuk sehingga mengandung unsur hara tinggi.
Senior Brand Manager PT Unilever Indonesia Tbk., Felicia Julian, mengatakan ada dua terminologi air kotor. Pertama , suspended solids atau air kotor yang ada ampasnya atau kotorannya terlihat nyata. Satu lagi dissolve solids air kotor yang kotorannya melarut sempurna.
Menurut Felicia, selama ini masyarakat sudah terbiasa mengatasi masalah suspended solids ini dengan cara menyaring air. Masyarakat juga kerap menggunakan tawas untuk mengikat kotoran yang ada di dalam air sehingga air kemudian terlihat jernih. Namun untuk kasus dissolve solids masalahnya tidak sesederhana itu. “Untuk pembersihan maksimal kita harus tahu dulu kotoran apa saja yang terlarut di dalam air ini,” katanya
Disebutkan pula bahwa kini PT.Unilever telah meluncurkan Pure It, sebuah teknologi pemurnian air tanpa energi (listrik maupun gas) . Ada empat langkah pemurnian dalam perangkat tersebut. Pertama, saringan serat mikronya bisa menghilangkan kotoran yang terlihat. Kedua, filter karbon aktifnya berfungsi menghilangkan parasit dan pestisida serta kotoran lain yang lolos pada penyaringan pertama. Pada tahap ketiga, prossesor pembunuh kumannya berfungsi menghilangkan bakteri dan virus berbahaya yang tak terlihat mata. Keempat, alat penjernihan yang ada didalamnya, akan membuat air jernih tidak berbau dan memiliki rasa alami sehingga siap diminum.TIM INFO TEMPO
Dua Menit Per Liter
ADA tip sederhana yang disebutkan Felicia Julian untuk mengenali air bersih. Yaitu tidak berbau, tidak berwarna dan tidak memiliki rasa. “Selama air yang akan dikonsumsi tidak memiliki unsur-unsur tersebut maka air ini dianggap cukup bersih.” katanya.
Untuk membunuh bakteri yang terkandung di dalamnya air perlu direbus dengan suhu 100 derajat Celsius. “Air harus dibiarkan mendidih selama 2 menit per liternya. Bila kita merebus air sebanyak 5 liter maka kita harus membiarkannya dalam keadaan mendidih selama 10 menit. Setelah itu barulah kompor bisa dimatikan,” ujar Felicia. Selain itu tutup panci tidak boleh dibuka untuk meng angin-anginkan agar air cepat dingin. Ini karena akan menyebabkan bakteri dan kuman bisa masuk lagi.