Bupati Luwu Utara Bekali Masyarakat dengan Literasi Bencana
Senin, 3 Oktober 2022 22:00 WIB
MEMO BISNIS - Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani mengatakan pentingnya literasi bencana, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Kabupaten Luwu Utara di Sulawesi Selatan ini termasuk kawasan rawan bencana, terutama bencana banjir dan tanah longsor, berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Pada Juli 2020, Kabupaten Luwu Utara diterjang banjir bandang saat pandemi Covid-19 melanda. Kemudian, pada Agustus 2022, kabupaten dengan wilayah terluas di Sulawesi Selatan ini kembali diterjang banjir.
Kerugian yang dialami masyarakat akibat banjir bandang, antara lain korban hilang, meninggal, luka berat dan ringan, kehilangan tempat tinggal, kerusakan rumah, dan kerugian immaterial lainnya. Menurut Indah, pemerintah daerah menerbitkan peraturan daerah tentang literasi bencana.
“Melalui literasi bencana, masyarakat mengetahui apa saja ancaman bencana di sekitarnya, bagimana cara mencegah, persiapan yang dibutuhkan dalam menghadapi bencana, dan proses beradaptasi,” kata Indah kepada Tempo.
Literasi bencana tersebut disampaikan melalui kurikulum lokal untuk anak usia dini sampai pelajar sekolah menengah. Melalui literasi bencana, Indah berharap masyarakat tahu apa yang harus mereka lakukan ketika terjadi bencana.
Dengan begitu, masyarakat lebih mandiri, memiliki daya tahan yang lebih kuat, sehingga proses pemulihannya lebih cepat. Kurikulum literasi bencana itu dibuat bersama BNPB dan terangkum dalam dkume 3R atau Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
Dokumentasi ini diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah provinsi, sampai pemerintah pusat, termasuk dunia usaha, saat terjadi bencana. Mengenai penyebab banjir bandang, Indah menjelaskan ada banyak faktor yang mempengaruhi, baik dari alam maupun manusia.
“Penyebab banjir di Kabupaten Luwu Utara ini kompleks,” ujarnya. Tiga sungai yang meluap -Sungai Masamba (di ibu kota kabupaten), Sungai Radda, dan Sungai Rongkong memiliki hulu yang sama, yakni kawasan hutan primer.
“Tidak ada pertambangan ilegal di daerah hulu karena secara topografi agak sulit untuk dimasuki oleh manusia,” kata Indah. Dari sisi tipologi, kajian geologi menunjukkan batuan granit kambuno yang sifatnya mudah retak dengan karakter berpasir.
Karakter batuan ini memiliki daya ikat yang kurang kuat. Kabupaten Luwu Utara juga dilewati oleh sesar Palu-Koro, dimana sering terjadi goncangan atau gempa dalam skala kecil maupun besar.
Curah hujan yang cukup tinggi selama hampir satu bulan, ditambah daerah aliran sungai yang sudah banyak beralih fungsi menjadi permukiman, daerah pertanian dan perkebunan. Semua ini mengakibatkan banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara tak terelakkan.
Sedimentasi saat banjir bukanlah lumpur, melainkan didominasi oleh pasir. Ketika air mulai surut, pasir turut mengeras dan menyulitkan penanganan banjir. Sebagai antisipasi banjir bandang, pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan membuat sebelas sabo dam di tiga aliran sungai tadi dan satu di bagian hulu. (*)