Pesan disampaikan Yudian dalam diskusi virtual 'Spirit Pancasila untuk Bela Negara' yang digelar oleh Forum Komunikasi Organisasi Masyarakat Indonesia (Formokasi) Korea Selatan, Minggu, 2 Mei 2021. Diskusi diikuti pula oleh mahasiswa diaspora yang ada di Korea Selatan.
Yudian mengingatkan, negara bukan entitas yang ajeg. Negara bisa saja berubah batas wilayah atau malah bubar seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Dua negara itu sekarang sudah hilang dan terpecah menjadi negara-negara kecil.
Memang setiap negara termasuk Indonesia didirikan dengan niat abadi. Makanya dalam salah satu lirik lagu Indonesia Raya yang 3 stanza, ditulis, 'marilah kita berjanji Indonesia abadi'. Namun, dalam perjalanan ada hal yang sering tidak terkendali sehingga mengakibatkan perpecahan.
"Bersyukur dengan Pancasila kita masih bertahan jauh dibandingkan dengan Yugoslavia dan Uni Soviet," kata Yudian.
Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga ini menambahkan, ada dua tantangan yang mempengaruhi legitimasi dan kedaulatan Indonesia, yakni dari eksternal dan internal. Tantangan dari geopolitik global misalnya ancaman militer asing, ideologi transnasional yang mengancam keberadaan Pancasila, dan dominasi budaya asing.
Yudian mengingatkan, bela negara adalah kewajiban warga negara sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002. Bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara.
Karena itu, Yudian mengajak para mahasiswa di luar negeri termasuk di Korsel untuk ikut dalam bela negara. Pasalnya, diaspora salah satu titik rawan. Apalagi dengan masifnya media sosial. "Ini ujian. Ketika ada godaan untuk mencoba melawan negara, Anda harus melawan diri," kata Yudian.
Jebolan Harvard Law School ini berharap para mahasiswa serius memanfaatkan kesempatan belajar. "Manfaatkan apa yang didapat di negara lain untuk penguatan negara kita," ujarnya.(*)