Kemewahan Hotel Majapahit Bergaya Kolonial di Surabaya
Jumat, 8 November 2019 13:31 WIB
INFO BISNIS — Hotel Majapahit pertama kali didirikan sebagai "Hotel Oranje" pada tahun 1910 oleh pengusaha hotel terkenal Lucas Martin Sarkies, anggota keluarga Sarkies Armenia yang terkenal oleh koleksi hotel-hotelnya, termasuk Raffles di Singapura, The Strand di Myanmar, dan Eastern & Oriental di Penang. Selama peresmian lobi bergaya art-deco di tahun 1936, hotel ini menjadi tuan rumah bagi beberapa tokoh terkenal di zamannya seperti Prince Leopold III, Putri Astrid dariBelgia, Charlie Chaplin, Paulette Goddard dan penulis Joseph Conrad.
Hotel Majapahit mengambil bagian dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia saat akhir Perang Dunia II. Ketika Jepang mulai kehilangan pengaruhnya di kawasan Asia, tepatnya pada tanggal 19 September 1945, terjadilah peristiwa yang kemudian dikenal sebagai "Insiden Hotel Yamato", di mana para pemuda Indonesia pro-nasionalisme merobek bagian biru bendera Belanda yang dikibarkan di atas hotel untuk hanya menyisakan warna bendera Indonesia, yaitumerah-putih. Kejadian ini kemudian menjadi awal pemicu terjadinya Pertempuran heroic di kota pahlawan, Surabaya.
Secara sekilas, tidak banyak yang berubah dari hotel Majapahit Surabaya. Hotel ini bergabung dalam jaringan Accor Hotels, dengan 143 kamar dan ditunjang oleh fasilitas bintang lima dengan suasana klasik dan elegan. Salah satu hal yang paling mengesankan di hotel ini adalah presidential suite seluas 806 meter persegi, terbesar di Asia Tenggara dengan dua kamar tidur, ruang tamu pribadi, ruang makan dan peralatan kamar mandi yang berlapis emas.
Selain keaslian arsitektur hotel, Anda pasti akan terpesona oleh pemandangan yang ditawarkan. Kamar hotel termasuk Presidential Suites yang dilengkapi dengan teras pribadi menghadap halaman hotel yang ikonik. Hamparan hijau taman yang terawat baik, akan membawa Anda ke tempat dan waktu yang berbeda, jauh dari keramaian dan hiruk pikuk Kota Surabaya. Satu-satunya hotel di Indonesia yang menawarkan bukan hanya kemewahan, tapi juga perpaduan klasik sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia dengan keaslian arsitektur Art Novo dan Art Deco. (*)