Laporan Tahunan 2018, STP Bukukan Pendapatan Rp 1,8 T
Rabu, 15 Mei 2019 15:11 WIB
INFO BISNIS– PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (“STP”, “kami”, “Perseroan”) mengumumkan laporan keuangan tahunan yang berakhir pada 31 Desember 2018 (“FY 2018”) pada 30 April 2019.
Perseroan berhasil mencatat pendapatan sebesar Rp 1.808,71 milyar atau mengalami sedikit penurunan sebesar 1,0 persen jika dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama di tahun sebelumnya. EBITDA Perseroan yang dibukukan sebesar Rp 1.637,7 milyar, dimana marjin EBITDA tercatat stabil sebesar 86,2 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Per 31 Desember 2018, Perseroan memiliki aset portofolio yang terdiri dari: 5.979 menara makro2, 433 microcell poles2, 37 lokasi indoor DAS dan jaringan serat optik sepanjang 3.2603 kilometer. Penyewaan tercatat sebanyak 10,4922 dan maka dari itu, rasio penyewaan menara STP tercatat sebesar 1,64x per 31 Desember 2018.
Pelanggan utama STP terdiri dari empat operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, yaitu, PT XL Axiata Tbk, Telkom Grup, PT Indosat Tbk. (“Indosat”) and PT Hutchison 3 Indonesia (“Hutchison”). Keempat operator ini mengkontribusi sebanyak 92 persen dari pendapatan STP pada FY 2018. Kualitas kredit yang kuat dari para pelanggan Perusahaan serta ditambah dengan arus kas jangka panjang yang stabil jelas merupakan beberapa faktor kunci dan menjadi keunggulan komparatif bagi kelangsungan usaha perusahaan.
Per 31 Desember 2018, jumlah pendapatan kontraktual dengan pelanggan-pelanggan STP tercatat sebesar Rp 8,5 triliun. Per 31 Desember 2018, jumlah pinjaman bruto (dengan mengasumsikan pinjaman dalam valuta asing menggunakan kurs lindung nilai) sebesar Rp 7.359,7 milyar dan kas dan setara kas sebesar Rp 147,1 milyar per 31 Desember 2018. Rasio net debt / LQA EBITDA per 31 Desember 2018 mengalami penurunan menjadi 4,6x dibandingkan dengan rasio per 31 Desember 2017 sebesar 4,4x.
Presiden Direktur STP, Nobel Tanihaha, mengatakan Perseroan terus membuktikan ketangguhannya dalam menghadapi persaingan dan tantangan-tantangan di tengah sektor menara telekomunikasi. “Menurut Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), industri telekomunikasi di Indonesia berkontraksi sebesar 6,4 persen pada tahun 2018 untuk pertama kalinya dalam sejarah. Industri seluler juga mengalami penurunan sebesar 2-3 persen pada tahun yang sama. Oleh karena itu, para penyedia layanan telekomunikasi di negeri ini terus fokus untuk meningkatkan kapasitas dan cakupan jaringan mereka, walaupun lebih lambat dari yang diharapkan,” ujarnya. (*)